Siswa Aktif Mengikuti Kegiatan Organisasi, Bagaimana dengan Belajarnya?
Sekolah merupakan lembaga paling dasar dari dunia pendidikan. Sekolah menjadi wadah yang memiliki payung hukum yang sah bagi anak-anak dalam melaksanakan proses pendidikan. Belajar adalah bagian inti dan ruh dari pendidikan itu sendiri. Sebagai tempat belajar anak, sekolah diharuskan mampu memberikan pelayanan terbaik agar dapat mencetak generasi penerus yang akan memajukan bangsa. Akan tetapi, belajar yang dimaksud bukan hanya sekedar suatu proses anak mengetahui materi-materi tertentu yang ada pada kurikulum sekolah. Lebih dari itu belajar mempunyai makna yang lebih luas.
Menurut Ahdar Djamaluddin dan Wardana, 2019, belajar merupakan suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari. Sehingga dapat kita pahami bahwa tujuan atau output dari belajar itu sendiri bukan sekedar bagaimana anak mengetahui suatu teori atau materi yang diajarkan, akan tetapi lebih kepada perubahan positif dari anak karena telah melakukan sesuatu baik itu terkait dalam pemahaman atau pengalaman yang dilalui.
Gambar 1. Kegiatan Pembelajaran
Kurikulum sekolah berperan sebagai wadah yang memuat aturan dan kebijakan bagaimana proses belajar dapat dilaksanakan dan diterima dengan baik, baik itu oleh guru ataupun siswa itu sendiri. Tujuannya agar tercapai hasil belajar yang maksimal. Namun begitu, pada kenyataanya pandangan kurikulum dari sisi guru ataupun siswa menganggap tujuan utama dari proses pembelajaran di sekolah adalah bagaimana mencetak atau menghasilkan siswa berprestasi pada materi-materi pelajaran yang diajarkan. Pemikiran tersebut merupakan suatu hal yang sempit, mengingat luasnya pemahaman terkait dengan kegiatan belajar.
Menurut sebagian orang hanya siswa yang rajin berangkat atau datang ke kelas saja yang dianggap sebagai siswa disiplin. Siswa yang memiliki nilai yang tinggi saja yang dianggap sebagai siswa berprestasi. Pemikiran seperti itu umum kita jumpai, apalagi dari sisi orang tua atau wali siswa. Seakan tujuan mereka menyekolahkan anaknya adalah untuk mendapatkan nilai yang baik. Harus kita ketahui bahwa nilai itu hanyalah sebuah angka semata. Kita tidak bisa menjamin setelah lulus nanti akan seperti apa dengan nilai yang dimiliki oleh siswa tersebut.
Padahal anak dikatakan berhasil dalam belajarnya itu bukan semata dari berapa besar nilai atau angka yang diperoleh. Akan tetapi, seberapa baik perubahan yang telah anak tersebut capai, baik itu perubahan sikapnya, tingkah lakunya, sosialisasinya, sopan-santunya, manajemen dirinya, rasa percaya dirinya, kemampuan berbicara, kemampuan mengatasi suatu masalah, dan lain sebagainya. Kemampuan-kemampuan seperti itu yang disebut dengan softskill. Dimana tidak bisa siswa dapatkan hanya sebatas memahami suatu teori pelajaran semata.
Organisasi adalah suatu sistem yang merupakan kumpulan dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi serta memiliki tujuan dan pembagian kerja yang jelas (Putu Winda Susanti, Ni, et al, 2018). Merunut pada Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 226/Kep/0/1993 menyebutkan bahwa sekolah sebagai wadah dasar dari paradigma pendidikan mewajibkan adanya organisasi kesiswaan sebagai satu kesatuan atau kelompok kerjasama para siswa yang dibentuk dalam usaha mencapai tujuan bersama, yang mendukung terwujudnya pembinaan kesiswaan. Adapun tujuan dari organisasi kesiswaan berdasarkan Permendiknas No. 39 tahun 2008 Bab I Pasal 1 memiliki beberapa poin, yaitu:
- Mengembangkan potensi siswa terkait bakat, minat dan kreativitas;
- Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah;
- Mengaktualisasi potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai bakat dan minat;
- Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia.
Organisasi kesiswaan yang ada pada sekolah memiliki beberapa macam diantaranya, OSIS, Pramuka, PMR, MPK, Rohis, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Dari berbagai macam jenis organisasi di sekolah pada dasarnya mempunyai tujuan dan fungsi yang mirip yaitu sebagai tempat siswa dalam menyalurkan minat, bakat dan mendapatkan pengalaman di luar jam pelajaran. Dengan mengikuti organisasi, siswa diharapkan mampu memperoleh bekal bagaimana memanajemen diri terhadap kondisi lingkungan yang ada dan terhadap suatu tujuan bersama. Jika kita amati pada tiap sekolah, siswa yang ikut organisasi lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak ikut organisasi. Dari 52 siswa yang telah diwawancarai di lingkungan SMK Negeri 1 Punggelan sebanyak 75% mengikuti organisasi karena keinginan sendiri, 9,6 % karena diajak teman, 5,8% karena ditunjuk oleh guru, dan sisanya karena alasan gabut.
Gambar 2. Kegiatan Organisasi OSIS SMK N 1 Punggelan
Ada berbagai alasan yang mendasari siswa mengikuti suatu organisasi kesiswaan di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas XI dan XII di SMK Negeri 1 Punggelan menyebutkan beberapa alasan atau tujuan mereka mengikuti sebuah organisasi, yaitu:
- Menambah pengalaman dan wawasan tentang hal baru;
- Belajar memanajemen diri sendiri (disiplin) dan waktu;
- Belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar;
- Mencari banyak teman;
- Meningkatkan softskill;
- Memanfaatkan waktu luang;
- Mencari kesibukkan baru;
- Belajar menampatkan diri dengan berbaur dalam sebuat kelompok;
- Mengembangkan jiwa kepemimpinan;
- Sebagai wadah untuk menyalurkan bakat dan minat;
Dari berbagai alasan siswa mengikuti suatu organisasi bisa kita analisis bahwa sebagian besar alasan dan tujuan mereka adalah untuk mendapatkan apa yang mereka tidak dapatkan atau kurang mereka dapatkan pada kegiatan pembelajaran di kelas. Dan itu adalah hal yang sangat positif ketika siswa memiliki kemauan dan motivasi untuk mempelajari hal baru yang dapat dijadikan sebagai peningkatan kualitas diri. Meskipun pasti ada beberapa hal yang dirasa kurang (negatif) dari keikutsertaan siswa dalam suatu organisasi, seperti:
- Menjadi jarang mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas;
- Ketinggalan materi pelajaran;
- Kurang bisa membagi waktu;
- Banyak waktu dan tenaga yang harus dikeluarkan.
Dan masih banyak lagi keluh dan kesah yang dirasakan siswa yang mengikuti oraganisasi. Bahkan dari hasil wawancara menyebutkan bahwa siswa yang ikut organisasi mendapat julukkan yang kurang baik dari teman-temannya yaitu dicap sebagai “Babu Sekolah”. Adapula yang sering mendapat teguran dari guru karena sudah tertinggal cukup jauh terkait kegiatan pembelajaran yang ada. Dari hasil wawancara yang dilakukan, siswa yang mengikuti organisasi hanya 61,5% yang mempertimbangkan pengaruhnya terhadap kegiatan pembelajaran, 23,1% menyatakan ragu-ragu dan 15,4% sama sekali tidak mempertimbangkan.
Gambar 3. Kegiatan Bakti Sosial Pramuka SMKN 1 Punggelan
Sebenarnya jika siswa sadar akan kewajibannya untuk belajar, pastilah mereka mampu mengkondisikan dan membagi waktunya. Kapan mereka menempatkan diri untuk belajar dan kapan mereka menempatkan diri pada organisasi. Siswa harus bisa memprioritaskan mana hal yang harus dilakukan apakah belajar atau organisasi. Karena pada hakikatnya ke dua hal tersebut (belajar dan organisasi) bukan merupakan sebuah pilihan yang membingungkan jika siswa mampu melihat hal mana yang lebih diprioritaskan. Yang terpenting siswa mampu membagi waktu, tenaga, dan pikirannya terkait kewajibannya sebagai pembelajar dan kegiatan organisasi yang telah dipilih.
Terkait hal tersebut, sekolah harus mampu dan memberi kebijakan yang adil untuk siswa yang mengikuti organisasi. Tidak semata-mata karena mereka sering ijin meninggalkan pekajaran, bukan berarti hak mereka mendapatkan pembelajaran seperti hak siswa yang lain dihilangkan. Memberikan waktu tambahan atau menyelipkan waktu sedikit untuk mereka menuntaskan apa yang menjadi hak dan kewajibannya adalah lebih baik daripada membebani mereka dengan hal-hal berat atau malah membiarkan mereka begitu saja.
Dan sebagai orang tua atau wali siswa sudah sepatutnya mendukung jika apa yang dilakukan oleh anaknya adalah hal positif dan baik untuk masa depannya kelak. Orang tua harus mulai memahami bahwa konsep belajar itu seperti apa, bukan sekedar nilai atau angka semata tapi lebih kepada perubahan apa yang dialami atau diperoleh dari anaknya. Toh dari beberapa siswa yang telah diwawancari masih bisa membagi waktu dan masih bisa bersaing untuk mendapatkan nilai pelajaran yang lebih baik. Motivasi dan dukungan dari orang-orang disekitar adalah faktor terpenting bagi siswa untuk memproleh “hasil belajar” yag maksimal. Bukan waktunya untuk menyalahkan mereka terkait dengan belajarnya atau kegiatan organisasinya.
Jadi masihkah ada pertanyaan, “Siswa yang ikut organisasi, bagaimana dengan belajarnya?”
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
SMKN 1 Punggelan Mengadakan Workshop Literasi: Sekolah Berbasis Industri 4.0 2024
Pada tanggal 26 September 2024, SMK Negeri 1 Punggelan mengadakan workshop literasi dalam rangka mendukung penerapan SMK berbasis industri 4.0. Acara ini dihadiri oleh para guru dan sis
Workshop Implementasi dan Reviu Kegiatan Pembelajaran TEFA SMK 4.0
Pada hari Senin, 09 September 2024, SMK Negeri 1 Punggelan mengadakan Workshop Implementasi dan Riviu Pembelajaran Teaching Factory (TEFA) sebagai langkah dalam penerapan SMK berbasis i
Manga, Masuk Dalam Diferensiasi Produk
Kamis, 22 Desember 2022 bertempat di SMPN 1 Banjarnegara digelar ''Panen Karya'' yang merupakan acara puncak dari Pendidikan Guru Penggerak Angkatan V Kabupaten Banjarnegara. Acara yang
Antara Akademik dan Attitude
Berbicara hasil belajar atau rapor, selalu identik dengan nilai akademik. Meskipun di dalam rapor sebenarnya tidak hanya ada nilai akademik saja. Ada nilai sikap atau karakter juga yang
Pentingnya Kedisiplinan
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang terkait pada tata aturan formal, berprgram dan bertarget atau bersasaran yang jelas. Sekolah juga menjadi salah satu lembaga pendidi
Peringati HUT RI ke-77, Cooking Day Berlangsung Meriah
Memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77, Tim Manajemen SMK Negeri 1 Punggelan menggelar Lomba masak “Cooking day” di halaman Sekolah. dengan
PIK R (Pusat Informasi Konseling Remaja)
PIK R (Pusat Informasi Konseling Remaja) merupakan suatu wadah organisasi dimana anggotanya merupakan dari remaja-remaja itu sendiri yang bertugas untuk memberikan informasi seputar per
EKSKUL SMK Negeri 1 Punggelan 2022/2023
Ekstrakurikuler atau lebih dikenal dengan istilah ekskul merupakan suatu wadah untuk mengembangkan minat, bakat, potensi yang dimiliki siswa-siswi SMKN 1 Punggelan. Ekskul di tahun ajar
Dua Guru SMKN 1 Punggelan Lolos Mengikuti Program Guru Penggerak
Program Guru Penggerak merupakan upaya Mas Menteri Nadiem Anwar Makariem untuk mentransformasikan Pendidikan di Indonesia, dengan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid dan m
Keselamatan Kerja dalam Pembelajaran Praktik
Keselamatan kerja adalah K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan semua yang ada pada ilmu dan penerapannya untuk mencegah terjadinya suatu kejadian seperti kecelakaan, penyaki